Tulisan saya ini terinspirasi dari teman saya yang ditinggal
pergi ayahnya untuk selamanya tadi siang. Saya mencoba memposisikan diri
menjadi teman saya dan merasakan betapa pedihnya kehilangan sesosok pemimpin
yang dibanggakan didalam hidup. Namun, beberapa saat kemudian saya malah
berfikir, bagaimana jika saya diposisi ayahnya ? Apakah saya layak untuk
dijemput oleh kematian itu? Mungkin saya kira, saya masih jauh dari kata layak
untuk dijemput oleh kematian.
Seringkali kita sering menangisi kepergian orang-orang yang
meninggalka kita untuk selama-lamanya tanpa menyadari bahwa kematian juga akan
menjemput kita selanjutnya. Tanggung jawab kita sebagai makhluk ciptaannya
masih bergulir seperti roda yang terus berputar. Sebenarnya, kehidupan yang
kita miliki adalah sebuah kematian dan kematian yang menjemput kita adalah
sebuah kehidupan karena tujuan kita hidup adalah mempersiapkan kematian kita.
Tidak ada yang tau bagaimana alam kematian itu. Tidak ada
yang tau apa saja yang akan kita jalani dalam kematian kita. Jadi rubahlah main
set kita akan segala sesuatunya dan ubahlah perilaku kita yang menjauhkan kita
dari kelayakan itu. Buatlah diri kita layak dengan perbuatan serta ibadah kita
kepada Sang Pencipta dan lakukanlah segala apa yang telah tertulis didalam kita
yang Dia wahyukan. Buatlah seakan kematian adalah didalam setiap detik
kehidupan kita karena dunia ini dan segala isinya tidak dapat membantu kita.
2 komentar
Click here for komentariya gan, terkadang saking sibuknya orang menjadi lupa akan kematian, seakan kita akan selamanya hidup di dunia ini.
Replymakasih gan,bantu sebarkan yah agar banyak orang yang mengerti arti hidup sebenarnya :)
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon